Selama ini stunting lebih dikenal karena menyebabkan pendek. Kemudian juga
menyebabkan kurangnya kecerdasan pada anak. Padahal yang sebenarnya terjadi lebih
dari itu.
Stunting sendiri berarti kondisi kekurangan gizi kronis (dalam waktu lama)
yang menyebabnya terganggunya pertumbuhan dan perkembangan pada balita.
Stunting disebabkan karena pemberian makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi. Namun ada pula sebab lain yaitu karena penyakit berulang seperti
batuk pilek, TBC, diare yang tak kunjung sembuh atau sering kambuh. Hal
tersebut menyebabkan gizi yang seharusnya untuk kebutuhan tumbuh dan kembang organ
tubuh, digunakan untuk melawan penyakit dan memulihkan diri. Oleh karena itu
penting untuk selalu menjaga kebersihan tempat tinggal dan lingkungan sekitar.
Gangguan yang diakibatkan oleh stunting jika dilihat di level lebih mikro
lagi yaitu mengganggu perkembangan sel-sel yang akan membentuk organ tubuh
seperti otak, pankreas, ginjal, jantung, dan lain-lain. Jika pada otak dapat
menyebabkan kurangnya kecerdasan pada anak, jika pada organ lain bisa
menyebabkan mudah terkena penyakit degeneratif saat dewasa kelak.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua
HOGSI Dr. dr. R. Soerjo Hadijono Sp.OG., Subsp.Obginsos, dalam kegiatan Penguatan
Koordinasi Pendampingan Ibu Hamil dan Ibu Pasca Persalinan dalam Rangka
Penurunan Stunting di Hotel Harris Semarang 21 s.d. 22 Oktober 2024 bersama
BKKBN Jawa Tengah.
Dokter Soerjo dalam materinya menegaskan
bahwa bahaya stunting bukan saja membuat anak menjadi pendek, tetapi tidak
lengkapnya perkembangan sel-sel organ tubuh. Jika pada otak dapat membuat
kurangnya kecerdasan. Sedangkan pada organ lain dampaknya baru terasa pada
jangka panjang, gampang sakit-sakitan.
Jika ditemukan seseorang yang
keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit diabetes atau penyakit keturunan
lainnya, namun tiba-tiba orang itu mengidap penyakit tersebut, maka salah satu kemungkinannya
orang tersebut mengalami stunting di masa kecilnya.
Dikutip dari nestlehealthscience.co.id,
kondisi stunting tidak hanya dirasakan ketika kecil, tetapi dampaknya akan
terus terasa hingga dewasa. Hasil riset Paediatrics and International Child
Health menyatakan bahwa anak stunting meningkatkan risiko menjadi diabetesi
saat sudah dewasa. Pasalnya, kekurangan gizi pada masa pertumbuhan akan
mengganggu sistem hormonal insulin dan glukagon pada pankreas yang mengatur
keseimbangan dan metabolisme glukosa. Akibatnya keseimbangan gula darah akan
lebih cepat terganggu dan tubuh lebih mudah pula membentuk jaringan lemak saat
anak mencapai usia dewasa.
Secara lebih umum anak-anak
stunting berisiko lebih tinggi mengidap penyakit degeneratif, seperti kanker,
diabetes, dan obesitas. Hal ini disebabkan karena kebutuhan zat gizi mikro dan
makro dalam tubuh tidak terpenuhi secara maksimal sehingga pembentukan fungsi
sel tubuh dan lainnya tidak sempurna.
Artikel oleh: Arafa Rahman Aziz
Yuk cegah stunting itu penting! Mukai dari remaja, persiapan menikah, hamil, menyusui, dan saat balita.
Namun saat-saat paling menantang ada pada saat ibu menyusui dan pemberian makanan pendamping ASI. Untuk mencegah stunting si kecil harus rajin-rajin disusui. Ditambah lagi kualitas ASI juga harus memadahi tidak sekedar banyak. Bagi ibu-ibu yang membutuhkan booster bisa coba produk mom uung (klik gambar atau klik disini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar