Indonesia saat ini sedang memasuki masa untuk menikmati bonus demografi. Bonus demografi biasa diasosiasikan dengan kondisi ketika jumlah penduduk usia produktif lebih banyak daripada yang non produktif. Jika dilihat dari primida penduduknya yaitu nampak gemuk di tengah.
Namun pada kenyataannya bonus demografi juga menghadapi berbagai ancaman. Ancaman ini bukan berupa pada gagalnya mencapai komposisi bonus demografi yang ideal akan tetapi mengenai kualitas SDM-nya. Jika kualitas SDM rendah maka bonus demografi bukannya membawa berkah melainkan bencana.
Berikut ini hal-hal yang dapat mengancam berkah bonus demografi
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh dan berkembang pada anak-anak dalam usia 1000 Hari Kehidupan Pertama yang dimulai sejak terjadinya pembuahan sel telur dan sel sperma. Kondisi ini diakibatkan oleh kekurangan gizi yang teramat panjang. Padahal pada masa awal manusia merupakan masa-masa emas pertumbuhan organ-organ manusia terutama otak agar anak bisa cerdas. Kekurangan gizi ini bisa disebabkan oleh kurangnya asupan makanan bergizi baik karena faktor ekonomi maupun karena ketidaktahuan orang tua. Selain itu hal ini juga bisa disebabkan oleh penyakit yang berulang, sehingga gizi yang seharusnya digunakan untuk tumbuh dan berkembang justru habis digunakan untuk melawan penyakit. Penyakit bisa timbul karena lingkungan yang kurang sehat. Beberapa tahun terakhir pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap masalah stunting ini melalui berbagai program. Angka stunting pada anak-anak ini masih berkisar 20%. Hal terpenting yang diperhatikan soal stunting ini bukanlah anak yang tumbuh pendek melainkan kecerdasannya yang menjadi rendah.
2. Mental Emotional Disorder (MED)
MED ini merupakan kondisi mental yang tidak ideal atau kelainan mental emosional. Contohnya yaitu orang yang memiliki pengendalian amarah yang sangat buruk (pemarah), mudah galau, putus asa, depresi, ingin menang sendiri, dan toxic. Puncak yang terburuk dari MED ini adalah menjadi ODGJ berat.
Di zaman yang serba cepat ini semua orang dituntut untuk menjadi semakin kompetitif terutama persaingan di dunia kerja. Tak ayal hal ini mengakibatkan tekanan mental meningkat pada generasi saat ini belum lagi penyebar luasan informasi yang sangat mudah membuat orang dengan mudahnya melihat orang lain sukses serta menilai dirinya belum sukses juga turut memberikan tekanan mental. Angkanya sekitar 10% dan kemungkinan akan terus tumbuh mengingat tuntutan zaman yang semakin meningkat. Oleh karena itu soft skill yang sangat diperlukan para generasi saat ini adalah manajemen mental/emosi. Sehingga untuk keluar dari lingkaran setan ini sangat dibutuhkan bantuan dari orang terdekat dan pihak berwenang.
3. Kecanduan
Sebenarnya segala yang membuat candu itu dapat berakibat tidak baik. Nomor satu tentu saja obat-obatan terlarang. Selain membuat orang kehilangan produktifitas ketika meninggalkannya ternyata juga menyebabkan kerusakan tubuh. Bukan hanya obat-obatan saja yang dapat membuat candu tetapi termasuk juga pada kecanduan gadget/games dan juga konten-konten pornografi yang sangat marak dan mulai dianggap biasa saja. Hal ini akan sangat mengurangi keuntungan bagi bonus demografi jika menimpa para penduduk di usia produktif. Karena mereka dapat kehilangan produktivitasnya dan sangat rentan terhadap MED. Biasanya orang-orang yang kecanduan akan rentan terhadap depresi. Ketika mereka mengalami masalah hingga depresi maka mereka akan mencari hal-hal yang dapat membuat mereka kecanduan untuk meredakan depresi. Ketika mereka mulai berhenti maka pikiran mereka akan kembali terganggu hingga mengalami depresi lagi jika dibiarkan. Dan terus seperti itu menciptakan lingkaran setan.
4. Faktor Lain
Faktor lain yang dapat mengganggu berkah bonus demografi yaitu kondisi tidak menguntungkan yang menimpa generasi muda Indonesia yang tidak dapat dihindari lagi. Misalnya autisme, difabel, cacat, dll. Namun angkanya cenderung kecil.
Hal ini juga di dukung pendapat salah satu narasumber dalam webinar ASN Peduli Kependudukan yaitu melalui pendidikan tinggi. Ketika pendidikan tinggi itu dimiliki oleh masyarakat maka kapabilitas untuk berinovasi akan meningkat. Dalam hal ini peningkatan kualitas SDM harus dengan berinvestasi pada bidang pendidikan. Pendidikan tinggi akan meningkatkan kemampuan inovasi, ketika kemampuan inovasi suatu negara naik maka nilai jual suatu barang dari suatu negara itu akan naik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar