Hasil Sensus Penduduk 2020 menunjukkan Indonesia masih berada dalam masa bonus demografi dimana jumlah penduduk usia produktif (15-64) lebih banyak daripada yang non-produktif. Keuntungan dari hal ini secara teori mampu membuat beban hidup masyarakat secara umum menjadi lebih ringan. Sebab, penduduk usia non-produktif yang harus ditanggung penduduk usia produktif lebih sedikit.
BKKBN sebagai badan yang bergerak di dalam usaha perencanaan keluarga dan kependudukan turut serta memberikan sumbangsih dalam mewujudkan dan menjaga potensi masa bonus demografi melalui Program Bangga Kencana (Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana) yang diwujudkan dalam berbagai program secara lebih lanjut. Maksudnya yaitu menjaga kualitas SDM agar tetap kompetitif sesuai yang diharapkan. Salah satu hasil program BKKBN yang bisa dilihat saat ini ialah penurunan angka Laju Pertumbuhan Penduduk dari yang berada di atas angka 2% pada tahun 1980 sekarang menjadi 1,25% (SP2020) dan juga penurunan TFR dari 4,43 tahun 1980 menjadi 2,25 (SP2020). Meski begitu upaya untuk menjaga potensi bonus demografi tidak berhenti di sini. Sedangkan piramida penduduk yang terbentuk berdasarkan kelompok umur semakin terlihat beralih dari yang berbentuk ekspansif menjadi stasioner.
Jika baru berbicara angka maka program-program pembangunan keluarga dengan menghadirkan generasi unggul nampak sudah menuju keberhasilan. Namun nyatanya banyak hal yang masih mengancam keberhasilan itu diantaranya ada stunting yang melingkupi sekitar 20% balita, 9,8% remaja mengalami Gangguan Mental Emosional (depresi, kecemasan, toxic personality, dll), itupun belum termasuk generasi yang terlahir dengan disabilitas atau bahkan yang parah adalah terkena NAPZA. Oleh karena itu BKKBN perlu hadir di segala lini untuk mengawal manusia Indonesia dapat tumbuh berkualitas menjadi SDM yang unggul dan berkelanjutan.
BKKBN hadir di tengah-tengah masyarakat pada kelompok usia dini dalam rangka misi pencegahan stunting melalui berbagai program seperti pembinaan 1000 HPK, DASHAT dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting terutama dari keluarga kurang mampu, bekerja sama dengan posyandu, dan BKB (Bina Keluarga Balita). Sasaran BKB ini ditujukan kepada orang tua yang memiliki anak balita maupun pengasuh anak balita seperti pembantu, nenek, atau saudara. Sehingga diharapkan mampu memberikan pola asuh yang baik kepada anaknya. Selanjutnya diharapkan calon generasi penerus memiliki tumbuh kembang yang baik karena mendapatkan pola asuh yang baik.
Pada kelompok usia remaja (Gen Z saat ini) BKKBN hadir melalui program BKR (Bina Keluarga Remaja), pendidikan kesehatan reproduksi, sosialisasi pendewasaan usia perkawinan dengan tujuan agar remaja mampu melanjutkan pendidikan terlebih dahulu dan lebih produktif (bekerja) sehingga secara umum dapat mempersiapkan kehidupan dengan lebih baik. Pada jenjang pernikahan/keluarga terdapat program pendampingan dan pemeriksaan pra-nikah, penyediaan dan konsultasi alat kontrasepsi, hingga UPPKA.
Kondisi masyarakat terutama generasi milenial, gen x, gen z, dan gen post z yang kini semakin gandrung dengan teknologi juga harus diadaptasi oleh BKKBN dalam menghadirkan pelayanannya. Seperti contohnya yang sudah ada yaitu Go Lantang bagi lansia, ELSIMIL pemeriksaan bagi calon pengantin menggunakan aplikasi android, KKA Online dan lain-lain. Selain itu perlu juga media sosialisasi dan promosi baik dengan menggandeng berbagai mitra ataupun melalui iklan yang muncul di video game atau youtube atau aplikasi yang digandrungi anak muda lainnya mengenai layanan BKKBN ataupun sebagai sarana edukasi dengan animasi yang menarik.
Selanjutnya yang tidak boleh juga dilupakan yaitu pelayanan bagi masyarakat usia lanjut. BKKBN hadir dengan program Bina Keluarga Lansia. Hal ini juga perlu diperhatikan melihat jumlah lansia semakin meningkat yang merupakan konsekuensi dari meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat yang turut menaikkan usia harapan hidup manusianya. Sehingga generasi z, x, dan milenial yang saat ini mendominasi komposisi penduduk Indonesia lambat laun juga akan menua dalam jumlah yang lebih besar. Pada SP2020 saja persentase penduduk lansia Indonesia sudah meningkat menjadi 9,78% dari 7,59% pada SP2010. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia berada dalam masa transisi menuju era ageing population yaitu ketika persentase penduduk usia 60 tahun ke atas mencapai lebih dari 10 persen.
Meskipun Indonesia sekarang berada dalam periode jendela kesempatan untuk dapat memetik bonus demografi, tetapi Indonesia harus mulai mempersiapkan diri untuk memasuki masa transisi menuju ageing population. Pemerintah termasuk BKKBN perlu mulai mempersiapkan kebijakan-kebijakan pembangunan yang responsif terhadap kondisi kependudukan di Indonesia tersebut. Jika penduduk lansia tersebut memiliki kesehatan, pendidikan, dan keterampilan yang memadai, serta dapat terus berkontribusi dalam pembangunan di negeri ini baik secara langsung maupun tidak langsung, maka kelompok penduduk tersebut berpeluang membuka jendela kesempatan untuk Indonesia memperoleh bonus demografi kedua di masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar